Home » Artikel » Penanggulangan Bencana adalah Urusan Bersama

Penanggulangan Bencana adalah Urusan Bersama

by admin
0 comment

Oleh : Alim Puspianto, M.Kom

Peningkatan grafik penyebaran virus corona di Indonesia sangat luar biasa. Tidak hanya di kota kota besar, daerah pelosok pun sudah ada yang teridentifikasi positif terjangkit. Tercatat sampai Sabtu 25 April 2020 jumlah kematiannya mencapai angka 720, dari jumlah kasus 8.607 dan jumlah penderita yang sembuh sebanyak 1.042. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia  menduduki peringkat pertama dengan angka kematian tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah dalam rangka menangani bencana nasional ini. Diantaranya adalah pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menetapkan kondisi darurat bencana Covid 19 mulai tanggal 29 Februari sampai tanggal 29 Mei 2020. Kebijakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga sudah diberlakukan di beberapa wilayah.

Kemudian untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 ini, pemerintah juga  menghimbau kepada segenap masyarakat untuk tidak mudik atau pulang kampung. Serta kebijakan dan himbauan lainnya seperti Work From Home (WFH), Home Learning dengan meliburkan sekolah dan lain sebagainya. Namun faktanya korban setiap hari masih terus berjatuhan.

Pandemi global berupa virus corona ini juga membuat dunia kerelawanan agak kelimpungan. Pasalnya bencana yang sedang dihadapi sekarang ini sangat jauh berbeda dengan bencana pada umumnya. Kalau biasanya “musuh” yang dihadapi nampak didepan mata namun bencana kali ini berupa virus yang tidak kasat mata. Sementara “serangannya” sangat  nyata dan mematikan.

Ya bencana kali ini memang berbeda, pandemi corona ini termasuk bencana nonalam. Yaitu sebuah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Ditambah lagi alat pelindung diri (APD) yang minim dan sulit didapatkan. Serta aspek kesadaran masyarakat yang masih jauh dari harapan. Semuanya mengkristal menjadi sebuah tantangan nyata yang mengerikan bagi para relawan.

Tetapi karena rasa keterpanggilan jiwa dan semangat untuk membatu sesama yang sudah mendarah daging di hati para relawan, sumbangsih itu masih tetap mereka berikan. Uluran tangan berupa tenaga, pikiran bahkan finansial dari berbagai komunitas relawan sungguh nyata adanya.  Disaat masyarakat kebanyakan merasakan ketakutan dan mengurung diri di rumah, mereka ada yang bergotong royong membuat face shield.

Disaat kebanyakan masyarakat melaksanakan Work From Home (WFH), mereka ada yang sedang berjaga di batas batas kota. Disaat masker sulit didapatkan dan harganya selangit, mereka ada yang membagikan gratis tak berbiaya. Bahkan dengan semangat kemanusiaan dan kepedulian, mereka turun membagikan sembako bagi masyarakat terdampak dan melakukan penyemprotan disinfektan diberbagai tempat.

Belum lagi “pahlawan” khusus dari kalangan tenaga medis, mereka sampai bertaruh nyawa dalam mengabdikan dirinya. Mulai dari kalangan perawat  sampai dokter ahlipun sudah tercatat menjadi korbannya. Bahkan ada diantara mereka yang jasadnya ditolak ketika akan disemayamkan. Sungguh sesuatu yang sangat miris dan menyayat hati. Bagaimana mungkin seorang yang berada di garda terdepan dalam penanganan pandemi ini jasadnya ditolak begitu saja. tapi itulah realita masyarakat kita.

Gelombang penyebaran virus ini pasti akan semakin tidak terkendali manakala masyarakatnya abai dan tidak peduli. Sebagus apapun kebijakan dan himbauan yang dibuat pemerintah, semuanya akan sia sia saja. maka perlu kesadaran dari kita semua untuk lebih care terhadap situasi bencana yang terjadi. Minimal kita harus mengenali dengan pasti virus yang sedang kita hadapi.

Seperti apa bentuknya, melalui apa sistem penyebarannya, bagaimana cara pencegahannya, bagaimana ciri ciri yang sudah terjangkit dan lain sebagainya. Sehingga dari situ kita bisa lebih hati hati dan siap siaga jika sesuatu terjadi, baik kepada diri sendiri maupun masyarakat lainnya. Lebih lebih untuk anggota gugus tugas penanganan covid 19 dan para relawan. Perlu meningkatkan kehati hatian ekstra dan wajib memakai APD stanadar dalam beraksi di lapangan.

Untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini tidak bisa dilakukan sendiri sendiri. Perlu adanya kerja sama dari semua elemen bangsa. Mulai dari pemerintah pusat sampai level perangkat desa, dari orang yang kaya sampai orang yang tidak punya, dari masyarakat kota hingga ke pelosok desa. Hal tersebut sesuai dengan tema yang diangkat oleh BNPB di hari kesiapsiagaan bencana tahun 2020 ini yaitu “Penanggulangan Bencana Urusan Bersama”.

Semoga dengan kesadaran untuk bergerak bersama dari seluruh masyarakat, virus corona segera sirna dari bumi Indonesia. Aamiin. SALAM TANGGUH DARI SARHID JATIM!

*Penulis adalah Ketua SAR Hidayatullah Jawa Timur

You may also like

Leave a Comment