Assalamu’alaikum, para warga jagat maya! Sini, ngumpul! Mbah MinSAR mau bagi-bagi oleh-oleh dari rekan-rekan Mbah MinSAR yang pekan kemarin ngisi kegiatan di Malang tentang mitigasi. Jangan salah, ini bukan nama obat sakit gigi, ya. Mitigasi itu upaya ngurangi risiko bencana. Kalau kata UU Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi itu serangkaian usaha buat mencegah, ngurangi, dan siap-siap sebelum bencana datang. Kalau kata pepatah, “Sedia payung sebelum hujan”. Jadi jangan sampai nunggu hujannya datang dulu baru sibuk cari payung.
Mitigasi Itu Apa Sih?
Kalau dibongkar di Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, mitigasi itu punya dua arti. Pertama, bikin tanah nggak terlalu kasar atau subur. Kedua, ini yang akan Mbah MinSAR bahas: ngurangi dampak bencana. Bahasa Inggrisnya juga keren, mitigation, yang artinya mirip-mirip: bikin sesuatu jadi nggak separah aslinya. Contohnya, kalau ada gunung mau meletus, kita jangan cuma pasrah. Ada mitigasi! Minimal tahu jalur evakuasi, bikin rumah tahan gempa, atau setidaknya nabung buat beli masker.
Jenis-jenis Bencana
Menurut para ahlinya ahli kenalan Mbah MinSAR, bencana itu dibagi jadi tiga jenis:
1. Bencana Alam
Seperti namanya, bencana ini disebabkan faktor alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami. Nah, bencana alam sendiri ada dua kategori, yakni bencana alam meteorologi dan bencana geologi. Bencana alam meteorologi adalah bencana yang hubungannya sama iklim. Sedangkan bencana geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, dan longsor.
2. Bencana Non-Alam
Kalau yang ini disebabkan faktor selain alam misalnya kebakaran yang dipicu bahan kimia atau pandemi COVID-19 kemarin.
3. Bencana Sosial
Nah kalau yang ini udah jelas gara-gara ulah manusia, kayak konflik sosial atau kerusuhan etnis. Dampaknya bisa berkepanjangan.
Langkah-Langkah Mitigasi
Mitigasi itu punya tahapan. Mbah MinSAR ibaratkan kayak bikin nasi goreng: ada tahap nyiapin bahan, masak, nyicip, terus makan sampai kenyang. Kalau mitigasi? Yuk, dengerin!
1. Persiapan
Ini kayak nyiapin bahan masak. Contohnya:
- Buat peta wilayah rawan bencana. Biar tahu harus lari ke mana kalau ada apa-apa.
- Bangun rumah tahan gempa. Kalau bisa, jangan yang cuma tahan getaran sound horeg.
- Lakukan penghijauan. Mangrove buat pantai, pohon di daerah rawan longsor.
- Ajak masyarakat paham ancaman di wilayahnya. Nggak usah serem-serem, yang penting mereka ngerti apa yang mesti dilakukan.
2. Perencanaan
Setelah tahu ancamannya, rancang strateginya. Pelajari pola bencana yang pernah terjadi. Latihan evakuasi juga penting biar nggak cuma teori doang.
3. Respon
Ini pas bencana sudah kejadian. Fokusnya nolong korban, serta antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana. Kalau Mbah MinSAR, biasanya ngarahin orang ke tempat aman atau ngasih bantuan darurat seperti makanan, air bersih, selimut.
4. Pemulihan
Setelah semuanya reda, waktunya bangun kembali. Sediakan tempat tinggal sementara, perbaiki infrastruktur, dan jangan lupa evaluasi. Kita belajar dari pengalaman supaya ke depannya lebih siap.
Kenapa Mitigasi Penting?
Ingat, mitigasi itu nggak cuma urusan pemerintah. Kita juga punya peran! Mbah MinSAR selalu bilang ke rekan-rekan anggota tim SAR Hidayatullah, “Kalau kita siap, korban bisa diminimalkan.” Jadi, jangan malas buat belajar soal mitigasi. Bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga buat keluarga dan lingkungan.
Percayalah, persiapan kecil yang kita lakukan hari ini bisa menyelamatkan banyak nyawa di masa depan. Ingat, Allah Swt juga menyukai hamba-Nya yang berusaha sebelum tawakal. Sabda Rasulullah saw: “Ikatlah unta terlebih dahulu, lalu bertawakallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Artinya, kita wajib usaha dulu, baru serahkan sama Allah Swt.
Salam tangguh, salam kemanusiaan…!!
Wassalamu’alaikum!
(MbahMinSAR)